Kamis, 18 Desember 2008

MAMA MAMA DALAM HIDUPKU

Minggu ini kita memperingati hari Ibu, dan aku sedang memikirkan hadiah apa yang pantas untuk diberikan kepada Mama-mama ku. Sampai sekarang aku belum menemukan jawabannya dan tidak aka pernah bisa menemukannya.

Kenapa Mama-mama? Karena aku punya lebih dari satu mama dan aku tidak bisa memilih salah satu untuk ditonjolkan lebih dari yang lain. Mama-mamaku semua hebat. mereka wanita-wanita luarbiasa yang Tuhan beri dalam kehidupanku.

Mama Nani adalah wanita yang telah mengandung dan melahirkan aku. 41 tahun usianya saat mengandung aku dan sebetulnya saat itu Mama sudah KB (jenis SPIRAL). Satu hal yang mengejutkan ketika mengetahui bahwa Mama mengandung dan Mama tahu aku bukanlah anak yang biasa-biasa saja. Mama berusaha untuk menjaga aku dalam kandungannya dengan segala resiko kehamilan di usia lebih dari 40. Perjuangannya tidak berhenti sampai disitu. Saat hendak melahirkan aku, Mama kehabisan banyak darah sampai kesulitan mencari donor darah, penghinaan dari suster yang menganggap Mama tidak mampu membayar darah menambah rasa sakitnya, Ditambah lagi Papa yang saat itu tak kunjung datang dari luar kota. Mama berjuang untuk melahirkan aku tanpa ditemani satu keluargapun. Sungguh sangat menyedihkan. Setelah aku berusia 6 Tahun Papaku meninggal dunia karena kecelakaan sepeda motor. Setelah itu kehidupan keluargaku berubah drastis. Mama merangkap menjadi kepala keluaga, bekerja membanting tulang untuk memberi keenam anaknya makan dan menyekolahkan semuanya. Mamaku berjualan kue, katering, dan menjadi tukang kredit baju. Sering aku menemaninya berjalan keliling kampung untuk menarik uang dari orang-orang yang telah mengambil kredit baju. Kami berjalan dari sore sampai tengah malam, melalui jalanan berbatu, udara yang dingin hingga 13 derajat dan tanpa penerangan yang baik (karena waktu itu belum ada listrik di kampung kami). Saat aku kelelahan aku sering berkata dengan polos : "Ma.. kalo Papa masih hidup, kita tidak akan seperti ini ya?" dan aku tahu mama ku sebenarnya menangis meskipun wajahnya tersenyum setiap aku mengucapkan kata-kata itu. Aku sering dihina teman-temanku karena aku punya papa etnis tionghoa satu-satunya di kampung dan meninggal pula, sedangkan mamaku suku jawa. Aku sering bertanya-tanya kenapa aku harus mengalami itu? Kondisi seperti itu aku alami hingga usiaku 11 tahun.

Saat itu aku lulus SD dengan nilai terbaik (padahal aku tidak pernah belajar, secara Mamaku tidak punya waktu mengajari aku)dan ada sepasang hamba Tuhan yang menawarkan kepadaku untuk ikut mereka ke kota, sekolah dan tinggal bersama mereka. Mama ku mengizinkan karena Mama ingin aku maju dan dididik menjadi hamba Tuhan. Akupun dengan senanghati berkemas dan meninggalkan kampungku, Bumiayu yang penuh dengan kenangan. Akhirnya aku tingal bersama Papi Matius dan Mami Lidya di Ajibarang. Mereka mengajariku untuk menjadi anak yang excellent. Mereka mengajari aku bagaimana belajr yang baik, mereka melarangku nonton sinetron, mengajari aku pelayanan, dan mereka mengajari aku untuk belajar dari kehidupan.Mereka yang membawaaku samapi bertemu Tuhan secara pribadi. Karena merekalah aku bisa bangga dengan orangtua kandung ku, aku bangga dengan mama ku yang sudah berkorban luarbiasa tanpa pamrih. Mami dan Papi mengajari aku tentang kesederhanaan di tengah kekayaan mereka, tentang kesabaran, kasih dan penyerahan kepada Tuhan. Aku dididik seperti anak mereka sendiri, meskipun sebenarnya anak pertama mereka baru berusia 3 tahun saat itu, namun aku dianggap anak sulung mereka. selama 3 tahun di SMP aku menjadi the best student berkat didikan mereka dan mereka mendukung aku untuk masuk ke SMU yang the best. Aku harus menempuh perjalanan dengan angkot dan bis sebanyak 6x (bolak-balik)untuk menuju sekolah. mereka mengajari aku mandiri meskipun sebenarnya aku bisa diantar dengan mobil atau motor. 4 tahun lamanya aku menikmati rasanya punya keluarga. Namun karena organisasi yang mengharuskan mereka pindah ke tempat pelayanan yang baru di Wonogiri membuat aku harus memlih ikut pindah atau tetap tinggal, akhirnya aku putuskan untuk tetap tinggal karena tempat aku bersekolah adalah tempat yang tergolong bonavit. Akhirnya petualangan baru dimulai...

Aku lelah jika harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dan lama untuk menuju sekolah, akhirnya saat aku kelas 2, Mama Nani menitipkanku pada Kakak nya (Aku memanggilnya Bu Dhe)di Purwokerto. Rumahnya lumayan jauh dari sekolah ku, ditempuh dalam waktu 30 menit. Awalnya Mama Nani berharap aku tidak kelelahan tapi ternyata keadaan terbalik. Aku tidak pernah bisa belajar, setiap pagi aku harus bangun jam 4 pagi dan menyiapkan bahan-bahan untuk memasak makanan yang akan dijual di warung makan milik Bu Dhe, jam 6 berangkat sekolah, jam 2 pulang sekolah naik angkot,langsung ke warung dengan berjalan kaki selama 30 menit, di warung aku harus kerja lagi dan pulang ke rumah sore, Sampai di Rumah aku harus membersihkan beras satu karung banyaknya, dan selalu selesai jam 11 malam. Kondisi seperti ini membentuk aku menjadi wanita yang punya wajah keibuan tapi punya tangan dan kaki keBapakan, karena tangan dan kaki jadi berotot. Aku tidak pernah bisa menikmati hidup. Ini adalah masa kritis dalam pertumbuhanku. Banyak tekanan dan masalah, tapi aku tidak pernah memberitahukannya kepada Mama Nani atau Mami Lidya. aku diam karena aku tidak mau cari masalah. Singkat cerita aku lulus dengan nilai pas-pas an, aku mendaftar ke salah satu perguruan tinggi swasta, aku masuk dan pada semester 1, saat aku hendak membayar ternyata uang biaya kuliah dipakai oleh Bu dhe ku, saat aku hendak meminta uang tersebut beliau selalu mengatakan bahwa aku tidak pantas meminta itu karena uang itu untuk bayar kost. Aku sempat menangis tapi aku belajar tegar. Jika aku mengatakannya kepada Mama ku pasti akan sangat menyedihkan secara mama sealu mengirimkan uang bulanan untuk bayar kost di rumah saudaraku sendiri. Alhasil aku tidak bisa membayar uang kuliah, dan aku tahu pasti aku akan di DO. Aku sudah tidak kuat lagi, akhirnya aku berhenti kuliah dan pergi ke Jakarta dengan alasan aku ingin kuliah di Jakarta sambil bekerja. Aku bekerja di salah satu SKIN CENTER milik koneksi Papa ku. Disitu aku diproses Tuhan luarbiasa. Ternyata kerja itu tidak gampang. Aku jadi bisa menghargai yang namanya perjuangan. Aku teringat semua yang telah dilakukan mama ku demi aku, betapa susahnya.

1,5 tahun berlalu aku memutuskan untuk ke Semarang, menerima tawaran tante ku untuk tinggal di rumahnya. Namanya Ruth, aku memanggilnya mama Ruth. Beliau sendiri bekerja di Amerika sebagai Pengasuh Bayi atau Baby sitter. Aku tinggal di rumahnya dan aku dibiayai kuliah di salah satu universitas yang terkenal mahal di Semarang. mama Ruth selalu mengirimkan uang gaji nya untuk keperluan ku dan juga sodara-sodara ku yang lain yang juga disekolahkan dan dikuliakan. Mama Ruth benar-benar wanita perkasa dan berhati mulia. Beliau tidak pernah meminta aku membalas kebaikannya, setiap aku mendapatkan uang dari hasil mengajar, menjadi asisten dosen, beasiswa atau lainnya, Mama Ruth hanya menangis dan dengan bangga mengucapkan "good girl", dan uang yang aku punya harus aku pakai dengan hikmat. Mama Ruth selalu bilang bahwa tidak perlu aku membantu membayar uang kuliah karena itu adalah tanggungjawabnya. Bahkan setiap aku berulangtahun, mama Ruth selalu memberiku hadiah yang bagus yang tidak pernah aku pikirkan, Di sana mama Ruth selalu sibuk mencari baju-baju pesta kecil (karena ukuranku susah didapat di indonesia) sedangkan bajunya sendiri sejak 7 tahun yang lalu belum berubah. Mama Ruth berhati malaikat, beliau tidak pernah melihat uang gajinya, karena majikannya selalu langsung mengirimkan gajinya ke rekeningku. Adakah manusia seperti itu? Sepertinya jarang sekali. Pengorbanannya, kasihnya, ketulusannya benar-benar membuat siapapun terharu.

Awal aku masuk kuliah, tepatnya 8 Agustus 2006 Papi Matius dipanggil Tuhan, aku shock karena aku kehilangan Papa yang telah mendidik dan mengajariku tentang Tuhan, tentang hidup dan tentang karakter. Waktu aku berdiri di samping peti mati aku melihat Mami Lidya yang lunglai, aku melihat 3 adik ku yang masih polos dan tidak tahu apa-apa. Aku merasakan sakit jauh melebihi sakitku saat kehilangan papa kandungku, karena dulu aku masih kecil. Saat itu aku berjanji bahwa aku akan bertanggungjawab akan keluargaku karena bagi merekapun aku adalah anak sulung. Aku berusaha survive di tengah kondisi yang menyedihkan, karena aku harus kuat untuk menguatkan keluargaku.

Sekarang 2008 hampir usai dan untuk kesekian kalinya kita memperingati hari Ibu, tapi bagiku entah kenapa hari ini saat aku memeluk Mama Nani ada perasaan haru yang begitu kuat dalam hatiku dan aku teringat kepada Mama-mama ku yang lain yang jauh dariku, wanita-wanita luarbiasa yang diberikan Tuhan buatku. Aku hanya bisa berdoa kiranya Tuhan yang membalas kebaikan dan kasih sayang mereka. Kiranya Tuhan memberkati mereka lebih lagi. Untuk mama-mama ku aku hanya bisa berkata TERIMAKASIH.

Terimakasih Mama Nani, pengorbanan dan cintamu tidak tertandingi. Saat semua orang merendahkanku dan meremehkan kemampuanku karena postur tubuhku yang kecil, Mama tetap meyakinkanku dan mendukung dengan doa bahwa aku akan jadi orang besar yang akan dipakai Tuhan untuk memberkati banyak orang. Mama selalu menydiakan waktu untuk berdoa puasa di bukit doa berhari-hari jika aku hendak pelayanan ke luar kota. Mama akan dipakai Tuhan luarbiasa karena Mama cinta Tuhan dan cinta berdoa buat orang-orang yang perlu dukungan. Unyil bangga sama Mama. Dengan kesederhanaan Mama yang seringkali di olok-olok orang nanti akan berubah menjadi satu kekuatan yang dipakai Tuhan untuk mengangkat Mama.

Terimakasih Mami Lidya, Mami sangat kuat. Aku belajar banyak dari Mamy untuk menjadi wanita yang sabar, punya hati hamba dan mengasihi meskipun disakiti oleh siapapun. Terimakasih sudah mengajariku membersihkan WC dan mengepel gereje dengan sukacita. Mami bilang upahnya sama dengan bekhotbah di mimbar. Terimaksih sudah mengajariku bangun dini hari untuk berdoa dan menyiapkan sarapan bagi keluarga. Terimaksih telah mengajariku tentang otoritas. Itu sangat berguna buatku sekarang di tengah organisasi, kampus, pelayanan dan keluargaku.

Bu Dhe terimakasih untuk semua yang telah Bu Dhe lakukan, aku tidak pernah sakit hati karena aku tahu keberadaanku bersama Bu Dhe adalah bagian dari proses Tuhan. Membentukku menjadi wanita yang mandiri, kuat, tahu pekerjaan rumah tangga, sekarang aku masih bisa masak seperti yang BU Dhe ajarkan dulu. Aku tahu sekarang Bu Dhe sudah berubah. Aku mengasihi Bu Dhe.

Terimakasih Mama Ruth. Mama sudah berjuang demi aku. Di mata manusia mungkin mama hanya pembantu, tapi bagiku Mama adalah malaikat, pembantunya Tuhan. Aku percaya suatu saat Mama akan Tuhan promosikan karena hati Mama yang begitu tulus. Kesetiaan dan pengorbanan Mama pasti Tuhan perhitungkan. Mama jaga kesehatan di sana, sedang musim dingin, pakai mantel yang tebal ya Mam! Jangan sampai sakit. Kez doain dari semarang.

Terimakasih Mama-mama ku, kalian adalah inspirasi, motivasi dan pendoa dalam hidupku. Aku tidak bisa memberikan apa-apa, karena memang tidak akan pernah sebanding. Aku hanya bisa berdoa untuk segala hal yang baik bagi kalian semua. Sekedar hadiah kecil Kez ingin memberitahu Nilai Kez semester ini sangat baik, Januari-Februari Kez kerja di kampus jadi co-trainer dengan gaji yang lumayan, dan sebentar lagi Kez pelayanan di luar negeri, kez sedang urus paspor sekarang. Itu semua berkat doa kalian, itu adalah mimpi kita bersama. Airmata dan doa Mama semua itulah yang bisa membawaku sampai seperti ini. Kupersembahkan semua ini untuk Tuhan dan untuk kalian, Mama-mamaku tercinta.

Love you so much Moms,Selamat hari Ibu,God Bless

dengan doa,airmata dan cinta
anakmu,
Unyil/Kezia/Noni

2 komentar:

Anonim mengatakan...

@ Kezia, mon ami (my friend)

Saya melihat ada banyak mutiara indah dalam kisah hidupmu. Tapi, mutiara terindah kutemukan dalam penghormatanmu pada orangtua dan mama-mama yang pernah hadir dalam hidupmu.Jadilah inspirasi dan berkat kepada banyak orang. JBU mademoiselle.

Kezia mengatakan...

Terimakasik Pak, awalnya saya sedang memikirkan untuk menulis tentang mama di hari IBU ini tapi hampir saya gagalkan, lalu saya melihat tulisan Bapak tentang IBu dan akhirnya saya termotivasi untuk tetap menuliskannya di BLOG. Jadi tulisan ini saya persembahkan untuk Bapak yang telah menjadi motivator saya dalam menulis. Mama mama saya memang mutiara dalam hidup saya.

Tuhan memberkati